Minggu, 04 Januari 2009

Supernova

Ternyata selamaini aku terlalu lama tenggelam dalam kehampaan yang kubuat sendiri. Seteleh membaca Supernova karya Dewi Lestari, aku mulai mencoba menubah perspektif yang selama ini kuanut untuk melukis hidup. yah menurutku memang benar kalau siapa tahu hidup ini cuma rectoverso belaka, tak perlu kemana-man untukmengisi kehampaan dan kekosongan, tinggal mengubah perspektif.
Lagipula tak ada gunanya mengasihani diri sendiri, rasa sepi hanya merupakan penolakan dari datangnya teman. Menolak kehebatan orang lain dalam menghibur sesama. Apa selama ini akau terlalu angkuh untuk menerima kenyataan juga tidak tahu. Merasa punya dunia sendiri yangorang lain gag bakalan nyambung saat diajak ngobrol tentang dunia tersebut. Candaan, kata-kata konyol merupakan alternatif terakhir untuk mencari semangat baru. Senang bisa lihat orang lain tertawa.
Selama ini aku terlalu dimanjakan oleh semesta, tanpa pernah mencoba untuk melakukan sesuatu pada semesta itu sendiri.
Menolak tulisan Andrea Hirata yang mampu membius berjuta orang. Dari sebagian besar murid di sekolah tentu saja aku yang paling katrok kalau ngomongin karya Andrea.
Dari beratus bahkan beribu buku yang pernah kubaca, SUPERNOVA karya Dee adalah yang paling membius, sudah kubaca ulang sampai mungkin 20 kali dalam waktu 3 bulan.
Bagi yang belum merasakan sensasinya atau mungkin tidak berkenan untuk membaca, baca donk. Rasakan sensasi sains campur pujangga yang ada di dalamnya.
Dan ledakan sinar gamma siap muncul.

Tidak ada komentar: